Pembahasan
Hadits Shahih Bukhari,
biidznillah, kini memasuki hadits ke-33. Hadits ini masih berada di bawah
Kitab Al-Iman (كتاب الإيمان).
Sebagaimana judul yang diberikan oleh Imam Bukhari " باب عَلاَمَةِ الْمُنَافِقِ", pembahasan
Hadits Shahih Bukhari ke-33 ini kita beri judul "
Tanda-tanda Munafik".
Berikut ini matan (redaksi)
Hadits Shahih Bukhari ke-33:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ
أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW
bersabda, "Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia
berbohong, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia
berkhianat"
Penjelasan Hadits
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ
Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, "Tanda-tanda orang munafik ada tiga:
Hadits ini adalah hadits yang sangat populer, sekaligus hadits yang
sangat penting untuk memperingatkan kita agar waspada terhadap
kemunafikan; jangan sampai penyakit itu menjangkiti kita.
Munafik (المنافق) artinya adalah orang yang nifaq (النفاق). Nifaq secara
bahasa berarti ketidaksamaan antara lahir dan batin. Jika ketidaksamaan
itu dalam hal keyakinan, hatinya kafir tetapi mulutnya mengatakan
beriman, maka ia termasuk
nifaq i'tiqadi.
Pada zaman Rasulullah SAW, di Madinah ada munafik-munafik jenis ini
dengan gembongnya bernama Abdullah bin Ubay bin Salul. Nifaq jenis ini
seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آَمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ
Di antara manusia ada yang mengatakan:
"Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu
sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah : 8)
Karena kemunafikan itu masalah hati yang tersembunyi, maka tidak
seorangpun yang bisa memastikan seseorang itu munafik atau bukan. Bahkan
sahabat sekaliber Umar bin Khatab pun tidak mengetahuinya. Hanya
seorang sahabat yang tahu satu per satu orang-orang munafik di Madinah
waktu itu. Dialah Hudzaifah Ibnul Yaman. Hudzaifah mengetahui siapa
orang-orang munafik karena Rasulullah SAW memberitahukan kepadanya. Itu
merupakan salah satu keutamaan Hudzaifah sehingga ia dijuluki pemegang
rahasia Rasulullah.
Meskipun tidak dapat diketahui secara pasti, kemunafikan bisa diwaspadai
dari tanda-tandanya. Dalam hadits ini Rasulullah SAW menjelaskaskan
bahwa tanda-tanda munafik itu ada tiga.
Jika tanda-tanda munafik ini ada pada seseorang, hendaklah orang itu
diwaspadai supaya tidak dijadikan pemimpin bagi umat Islam. Namun yang
lebih penting, dengan memperhatikan tiga tanda-tanda munafik ini kita
mewaspadai diri kita agar jangan sampai kemunafikan hinggap dalam jiwa.
Tanda Munafik yang Pertama
إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ
jika berbicara ia berbohong
Inilah tanda munafik yang pertama; gemar berbohong. Semakin sering berbohong, semakin dekat dengan kemunafikan.
Dalam hadits lain Rasulullah SAW pernah mensifati seorang mukmin. Bahwa
mungkin saja seorang mukmin itu penakut, mungkin saja bakhil, tetapi
tidak mungkin seorang mukmin itu pembohong.
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَكُونُ
الْمُؤْمِنُ جَبَانًا فَقَالَ نَعَمْ فَقِيلَ لَهُ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ
بَخِيلًا فَقَالَ نَعَمْ فَقِيلَ لَهُ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ كَذَّابًا
فَقَالَ لَاََََ
Ditanyakan kepada Rasulullah Saw:
“Apakah seorang mukmin bisa menjadi penakut?” Beliau menjawab: ‘Ya.”
Lalu ditanya lagi: “Apakah seorang mukmin bisa menjadi bakhil?” Beliau
menjawab: “Ya.” Lalu ditanyakan lagi: “Apakah seorang mukmin bisa
menjadi pembohong?” Beliau menjawab: “Tidak!” (HR. Malik dari Sofwan bin Sulaim dalam Al-Muwatha')
Tanda Munafik yang Kedua
وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ
jika berjanji ia mengingkari
Inilah tanda munafik yang kedua; gemar mengingkari janji. Semakin sering
mengingkari janji, semakin dekat dengan kemunafikan. Karenanya,
berhati-hatilah dengan janji.
Tanda munafik yang kedua ini tidak lebih mudah dihindari daripada tanda
munafik pertama. Sering kali seorang muslim sudah mampu menjaga agar
perkataannya benar, menghindari berbohong, tetapi ia masih mudah
berjanji padahal ia tahu dirinya sulit memenuhi janji itu. Apalagi jika
seseorang menjadi pemimpin; dorongan untuk berjanji biasanya lebih
besar. Maka intensitas memberikan janji semakin besar. Lihatlah praktik
kampanye di zaman sekarang. Bukankah dalam satu pertemuan saja bisa
dicatat sekian banyak janji? Berhati-hatilah.
Tanda Munafik yang Ketiga
وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
dan jika diberi amanah ia berkhianat
Ini tanda munafik yang ketiga; mengkhianati amanah. Semakin sering
dilakukan, semakin dekat dengan kemunafikan. Semakin besar amanah yang
dikhianati, semakin jelas tanda kemunafikan. Sekali lagi, meskipun kita
tidak bisa memastikan.
Amanah bentuknya bisa bermacam-macam. Bisa jadi ia adalah pekerjaan atau
profesi yang di dalamnya ada kewajiban yang seharusnya kita penuhi.
Bisa jadi ia adalah kepemimpinan yang dipercayakan kepada kita. Bahkan
titipan barang dari orang lain agar kita menjaganya, atau rahasia dari
orang lain agar kita menyimpannya, semua itu termasuk amanah.
Maka, marilah kita melakukan introspeksi diri agar tidak terjerumus
dalam kemunafikan. Jika selama ini kita kurang komit terhadap kejujuran,
mudah mengingkari janji atau menganggap remeh amanah, marilah kita
bertaubat dan memperbaiki diri.
Pelajaran Hadits
Pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini diantaranya adalah:
1. Munafik adalah orang yang nifaq, antara lahir dan batinnya tidak sama
(bertolak belakang). Yang paling parah adalah ketika secara dzahir
mengatakan beriman tetapi hatinya kafir ;
2. Meskipun orang munafik tidak dapat diketahui secara pasti, namun tanda-tandanya dapat dikenali;
3. Tanda-tanda orang munafik ada tiga yaitu jika berbicara ia dusta,
jika berjanji ia mengingkari dan jika diberi amanah ia berkhianat.